Minggu, 27 Juni 2010

Konspirasi Damai


Sekejap lalu,
hujan telah menghasut malam
dalam konspirasi gelap
yang hendak membunuhku di jalanan.

Duhai cahaya,
bermahar maaf izinkanku kembali bernafas dalam damai...


25 Juni 2010 10:15 am

Fatamorgana Rindu


Dentang 30 di titik ke-2 lintasan masa,
desah berkejaran jiwa pada pentas kolosal dialektik kesadaran;
perlahan menembus sekat-sekat langit.

Seirama sunyi,
syair syahdu yang sempat ternikmati,
urai lirih; rindu fatamorgana;
tak bertepi;
senantiasa dinanti.

Dalam percikan damai yang meneduhkan;
rindu ku sekejap bermuara...


June 11 at 3:01am

Kamis, 10 Juni 2010

"memupuk raga yang mekar"


Gemericik syahdu pada lintasan 1 dentangan 53;
ruh ku bertahta molek,
raga telah mekar,
mimpi terencana diukir menjadi relief mozaik
pada bentangan masa yg bergegas meninggalkan.
Belaian itu, titipkan segar yg kemarau.
Perlahan, syair lirih tersenandung fals
basuh kaca berdebu,
tak kemilau.
Ku intip lembaran damai warisan masa.
Ku reguk sejuk perlahan.
Dahaga sejenak ku tinggalkan.
Tak ingin ku lelah;
sungguh...


2010 Juni 10

[Air Mata Tuhan]


ya,
uraian tangis itu bukanlah Matahari...
pun bukan kerikil-kerikil tajam...
tak pula pedang terhunus...
bukanlah kemolekan fisik...
apatah lagi tahta dan kepemilikan;

uraian tangis itu...
wangi yang tak tercium,
kelembutan yang tak tersentuh,
kesunyian yang tak terdengar,
rasa yang tak terkecap,
keindahan yang tak terlihat,
mimpi yang tak terfikirkan,
detakan irama yang tak menghidupkan,

ya,
air mata adalah mata air...
kesejatian refleksi kenikmatan kisah perjalanan,
nikmati sajalah,
dalam diam,
dalam kesendirian,
dalam kebahagian,
dalam kesadaran,
dalam kesabaran,
dalam ruang terdalam yang tak lagi miliki ruang-ruang,

dan perlahan,
biarkan bermetamorfosis sempurna menjadi tetesan embun pagi yang menyejukkan

sekali pun bukan untuk Tuhan,
semata untuk Tuan yang ber-Tuhan...


2010 Juni 09
(serpihan kata dari uraian kisah sahabat kecil)

[Syair Perjalanan Khalifah Zaman]


Sang Panglima telah bermuara perkasa,
cahaya yg memercik dalam dekapan dingin akan direngkuhnya.
Berbekal amis pantai dan senandung khas lautan,
sesaat kemudian raganya melesat laksana buroq menuju langit,
menyapa bintang,
pekiknya membahana,
mengusap mata,
menabuh gendang telinga penghuni semesta,
teramat perkasa.

Kendati demikian langkahnya tetap menjejak bumi.
Lirih, senandung Tuhan disyairkan dalam node kezuhudannya.


2010 Juni 08
(serpihan motivasi dari Auckland)

Rabu, 09 Juni 2010

[Senja; Bisu]


dan,
ketika senja mentertawakan
Ku tak hendak beranjak walau setapak
Biarlah sepi menjadi keriuhan yang bisu


20101, Juni 08 at 5:01pm

[Kisah Pagi Part II]


===
ketika pagi berbisik lirih;
gairah menghangatkanku;

kata tersyair :
"bergeraklah menuju masa depan;
gapailah sesuatu yg belum pernah terlihat,
belum pernah terdengar,
belum pernah tercium,
belum pernah terasa,
belum pernah teraba,

belum pernah terfikir
dan ataupun yg belum pernah terdetak di hati makhluk penghuni bumi"

perlahan melangkah;
tanpa titik;
gairah menghangatkanku;
ketika pagi berbisik lirih
===


2010 Juni 08, at 12:01pm

[Kisah Pagi Part I]


Inilah kisah pagi;
Serpihan gelap berkilauan yg bertahta di dedaunan
mengurainya jelang fajar menyapa;

Semasa lalu,
negosiasi malam atas raga
yg hampir ditinggal ruh dalam keputus-asaan,
urai kesepakatan tanpa senyuman;
Sejenak ku telah nikmati kematian,
ada tangis disana,
teramat lelah;

Kemudian,
cercah cahaya itu hidupkanku kembali;
Perlahan tersenyum, kelu;
bahagia hampiri ku;
tanpa titik;
Inilah kisah pagi


2010, Juni 07 at 10:56am

•[Episode : Cahaya yang Gelap]•


...dan, telah ku urai kisah tanpa jeda masa.
Sejenak aku teramat rindu,
sedang langkah telah tercecer dalam sepenggal kisah perjalanan.
Ingin ku pungut serpihan yang tersisa.
Sejenak aku teramat rindu.
Dan, telah ku urai kisah tanpa jeda masa...


2010, 06 Juni at 1:54pm

Damai


"ku urai damai dalam percikan hujan yang menyejukkan dedaunan"

2010 May 30 at 4:19pm