Jumat, 26 Februari 2010
Diorama Rindu (secarik catatan usang)
Ketika kelam bersekutu dengan malam, ruhku berkelana di ruang imaji, menelusuri siluet bintang yang memercik bayang-bayang...
Sekali waktu syair-syair indah teralun serasi semilir kesejukan pada dentingan dawai-dawai yang disuguhkan penghuni malam...
Di sela kedipan, dedaun melambaikan sapaannya, damai, merisau gelisah, karib, bercengkerama dengan kebisuan raga yang tak mampu taklukkan konspirasi ruang dan masa, terhakimi tak berkesudahan...
Langkahku terhenyak fikir yang tak mampu menghantar pada ornamen anugerah takjubkan rasa...
Rangkaian kata ini, lirik usang yang ku pugar dari petualangan asa, sederhana makna, yang menanti penantian, bermuara keniscayaan yang tak terengkuh sempurna...
Kerinduan ini, biarlah angin yang merangkai dongeng membisik mimpi indah...
Esok menyejuklah seiring cahaya...
@ July 29, 2009 at 12:35am
Kamis, 25 Februari 2010
memugar sesuatu yang hampir hilang
Jumat, 19 Februari 2010
•[Ritual Subuh]•
•[Code, Allah]•
•[Pencarian]•
Samudera dibelah.
Ombak berdendang, seirama belaian badai.
Awak berdansa, arak ditenggak.
Kapten terlelap, penumpang terbahak.
Bocah lari dari pelukan, tangga dititi, melintas dek.
Sekoci dibuang.
Siul mengalun ceria,
seukur badan lantai dipahat, air muncrat.
Karang menghantam.
Kapal berkecai, perlahan tenggelam.
Bocah tersenyum damai dan berujar : "aku ingin belajar berenang"
17 Februari 2010
•[HENING]•
Duhai Yang Maha Agung,
hamba hendak mengenal 1,
belum purna kepahaman,
sedang 2,3,4,5,6,7,8,9,0 belum tersentuh. a,b,c,d,e,f,g,h,i,j,k,l,m,n,o,p,q,r,s,t,u,v,w,x,y,z pun apatah lagi.
Sungguhkah pilihan acak 81 beriring 83
kemutlakan mahar bagi kedhoifan hamba di masa ini.
Marahkah Engkau...(???).
Seandainya cahaya itu masih Engkau ridho-kan,
cukupkanlah masa untuk sekejap berbenah
Februari, 17/2010
ASA
Tuhan,
sungguh ku tak berkhayal mewujud istana megah
yang berkilau menyilaukan,
menikmati diam,
bersolek,
terbujur kaku nantikan keajaiban.
Biarlah aku tetap mewujud seserpih debu
yang tiada henti mencoba memahami simbol keagungan
yang secara sederhana Kau titipkan pada alam.
Hingga bersama embun itu,
Engkau ikhlaskan cahaya-Mu menenangkanku
dalam proses menunaikan perniagaan pada-Mu...
Rabu, 17 Februari 2010
Rabu, 17 Februari 2010
+ - x :
Proses memahami yang tidak sederhana
pada konteks perkara 1.
Ketika sesuatu di (+) 1 maka bersyukurlah,
ketika sesuatu di (-) 1 maka bertawakallah,
ketika sesuatu di (x) 1 maka berbahagialah dalam tangis kesyukuran,
ketika sesuatu di (:) 1 maka ikhlaskanlah...™
•[SUBHANALLAH]•
17 Februari 2010 at 2:16pm
•[serpihan renung]•
[♥ú mõm]
Malam, mengapa tangis mu tak jua mengering?
Apakah aku telah goreskan luka itu?
Marahkah kau pada ku?
Apakah surat rinduku yg semasa lalu ku titipkan pada angin,
kau anggap semata rayuan yg mengusik?
Aku risau,
aku gelisah,
aku mau pulang,
aku mau...
aku mau...
aku mau ketemu ibu...
Teramat cemburukah engkau...?
17 Februari 2010 at 8:45pm
Syair Senja
[setitik kenikmatan imajinasi]
[asa sederhana]
Emosi yang terbunuh
Angin senandungkan syair-syair kematian,
paksaku terjebak,
tersesak dalam ruang gelap,
aku terhempas,
aku ditikam dengan cara yang teramat melemahkan.
Tatapku nanar,
raung ku beringas,
ingin ku hantam ruang dan waktu yang bersekat.
Sesaat sadar belaiku dg lembut dan berujar lirih :
"energi sisa yg kau punya,
semata asa untuk menggapai muara cahaya itu, bukan...???
Penghakiman itu hanyalah irama fals
dari senandung bingung angin
2010 February 13 at 2:26am
Senandung Perjalanan
Seirama lembayung senja,
raga mengalir susuri lintasan waktu,
tembus ruang-ruang tak bersekat,
sapa percikan lampion,
yang sekali waktu terjerembab dalam kealamian gelap.
Ketika menyapa dermaga,
aku disuguhi syair riuh penikmat malam.
Pada muara hijrah,
ruh ku telah menanti raga dg senyum terindahnya.
Yaa Rabb, ku ikhlaskan perniagaan sederhana ini...
Semoga tetap terjaga...
2010 February 12 at 12:55am
Bercak Cahaya
Siluet
Selasa, 09 Februari 2010
Senandung Pencarian
Langkah ku terhenti
di tepian jurang terjal ketujuh.
Sekejap terjerembab di hamparan hijau,
bayang raga pulas dalam dekap curam.
Lembah menatap nanar, tajam, tanpa kedipan.
Ku lempar pandang ke sudut buana,
kabut tertawa.
Aku tengadah ke langit jauh,
ku cari pelangi,
mentari mencubit mata lelah ku.
Aku meregang, terkapar, tatap binar.
Diantara dedaunan teduh, semilir bersyair.
Aku tersenyum...
Ada tetes embun menyapa...
09/02/2010
Senin, 08 Februari 2010
Jejak Darah
Cahaya Asa
Sekarat
Gelisah itu telah menyeret pada keterjagaan,
meluluh-lantakkan bias tenang
yang sekejap membelai kemudian lari meninggalkan,
dengan ceceran darah luka.
Sorot tajam itu menghardik serpihan tak bertuan,
menghujamkan tikaman
pada kilasan pandang kerinduan yang teramat menakutkan,
Serpihan ini terjerembab
pada penggalan waktu yang belum hendak disapa,
gelap,
sepi,
teramat mencekam...
Monday, at 1:44am, 08/02/2010
Damai Hujan
Perbincangan hujan telah usai,
sepenggalan kisah telah mengukir penggalan kata ber-aura sederhana.
Pada hamparan langit
sayup mengudara alunan merdu
syair ratapan pada Tuhan,
seruan kebahagiaan bagi para penikmat ketenangan...
Dan aku,
lewat semilir angin,
titipkan salam bahagia bagi malam...
Ahad at 6:37pm, 07/02/2010
Euphoria Siang
Roman Malam :
Simphoni Damai
Irama Risau
Kosong
Elegi Jiwa dan Fikir
Jumat, 05 Februari 2010
Diorama Senja
"Alhamdulillah,
Seirama penaklukan hujan akan terang,
Skenario kisah seret laluan pada perkejaran menuju cahaya.
Rangkaian ceria yang dititip pagi pun kian merekah...
Dan sesaat kemudian lembayung senja "kan menyapa gelap...
Adakah cahaya kemudian...???
Semoga senantiasa dalam kebijaksanaan..."
2010 Wed 3 at 5:59pm
Diorama Pagi
"Ketika bening adalah embun,
maka mentari dengan kekuasaan cahaya (Nya) akan memungutnya perlahan.
Laluan kelam berhijrah menuju terang...
Laluan gelisah berhijrah rangkai ceria...
Laluan kisah kemudian,
beriring ikhtiar mulakan bismillah...
Semoga senantiasa menjadi makhluk mulia yang memuliakan..."
2010 Wed 3 at 8:25am
Sejarah Malam
Aura Cahaya
"Aura cahaya itu,
membuka pagi ini bersama bagaskara yangg terpana
pada senyumnya yang mawar.
Ia lintasi padang rinduku,
dengan senandung tasbih_
Angin sejenak terhenti
terjebak dalam pesona,
Ia adalah cahaya putih,
yang menyublimkan hati-hati melati,
juga bekukan segulung rindu
lewat tatapannya yang kilat,
menjelma kilauan yang terpahat_
Aura cahaya itu,
lintasi padang waktuku
dengan senyumnya yg paling mawar"
2010 Tue 2 at 10:54am
Asa yang hampir hilang
Rindu yang diam
Allah, hamba rindu pada-Mu (org. Kerinduan pada Allah)
Aku adalah manusia yang diciptakan dari kekuasaan-Mu
Engkau yang berhak memberikan nyawa untukku
Dan Engkaulah yang berkehendak sehingga aku ada
Engkaulah yang memberikan kesempatan padaku untuk merasakan hidup
Aku berjalan diatas pasir yang diam
Ditengah derunya ombak yang begitu keras
Ada kekosongan yang begitu dalam
Ada ketakutan dan kerinduan yang sangat dalam
Kerinduan akan Allah yang selalu ada buat setiap umatnya
Tapi apakah Allah ada untukku?
Ketakukanku kembali muncul
Akankah Allah mau mendengarkan segala keluh kesahku?
Dalam kegelapan ini aku masih berharap
Akan ada secercah cahaya buat mengganti kegelapan dalam hidupku
Kegelapan yang membuat aku rindu pada Allah
Dan suatu hari nanti aku bisa berada ditempat yang begitu indah
Tempat dimana setiap manusia mengharapkannya. Amien...
(tag. Kemudian)
Friday, January 29, 2010 at 3:55pm
PERKENANKAN AKU MENCINTAIMU SEMAMPUKU...
Aku masih ingat, saat pertama dulu aku belajar mencintai-Mu…
Lembar demi lembar kitab kupelajari…
Untai demi untai kata para ustadz kuresapi…
tentang cinta para Nabi
tentang kasih para Sahabat
tentang mahabbah para Sufi
tentang kerinduan para Syuhada
lalu kutanam di jiwa dalam-dalam
Ku tumbuhkan dalam mimpi-mimpi dan idealisme yang mengawang di awan…
Tapi Rabbii,
Berbilang detik, menit, jam, hari, pekan, bulan dan kemudian tahun berlalu…
Aku berusaha mencintai-Mu dengan cinta yang paling utama,
Namun…
Aku masih juga tak menemukan cinta tertinggi untuk-Mu…
Aku makin merasakan gelisahku membadai…
dalam cita yang mengawang
Sedang kakiku mengambang, tiada menjejak bumi…
Hingga aku terhempas dalam jurang
dan kegelapan…
Wahai Ilahi,
Berbilang detik, menit, jam, hari, pekan, bulan dan tahun berlalu…
Aku mencoba merangkak, menggapai permukaan bumi dan menegakkan jiwaku kembali
Menatap, memohon dan menghiba-Mu:
Allahu Rahiim, Ilaahi Rabbii,
Perkenankanlah aku mencintai-Mu,
Semampuku
Allahu Rahmaan, Ilaahi Rabii
Perkenankanlah aku mencintaiMu
Sebisaku
Dengan segala kelemahanku
Ilaahi,
Aku tak sanggup mencintai-Mu
Dengan kesabaran menanggung derita
Umpama Nabi Ayyub, Musa, Isa hingga Al musthafa
Karena itu izinkan aku mencintai-Mu
Melalui keluh kesah pengaduanku pada-Mu
Atas derita batin dan jasadku
Atas sakit dan ketakutanku
Rabbii,
Aku tak sanggup mencintai-Mu seperti Abu bakar, yang menyedekahkan seluruh hartanya dan hanya meninggalkan Engkau dan Rasul-Mu bagi diri dan keluarga.
atau layaknya Umar yang menyerahkan separuh harta demi jihad.
atau Utsman yang menyerahkan 1000 ekor kuda untuk syiarkan dien-Mu.
Izinkan aku mencintai-Mu, melalui seratus-dua ratus perak yang terulur pada tangan-tangan kecil di perempatan jalan, pada wanita-wanita tua yang menadahkan tangan di pojok-pojok jembatan.
pada makanan–makanan sederhana yang terkirim ke handai taulan.
Ilaahi,
aku tak sanggup mencintai-Mu dengan khusyuknya shalat salah seorang shahabat Nabi-Mu hingga tiada terasa anak panah musuh terhunjam di kakinya.
Karena itu Ya Allah, perkenankanlah aku tertatih menggapai cinta-Mu, dalam shalat yang coba Ku dirikan terbata-bata, meski ingatan kadang melayang ke berbagai permasalahan dunia.
Robbii,
Aku tak dapat beribadah ala para sufi dan rahib, yang membaktikan seluruh malamnya untuk bercinta dengan-Mu. Maka izinkanlah aku untuk mencintai-Mu dalam satu-dua raka’at lailku.
dalam satu dua sunnah nafilah-Mu.
dalam desah napas kepasrahan tidurku.
Yaa, Rahmaan,
Aku tak sanggup mencintai-Mu bagai para al hafidz dan hafidzah, yang menuntaskan kalam-Mu dalam satu putaran malam.
Perkenankanlah aku mencintai-Mu, melalui selembar dua lembar tilawah harianku.
Lewat lantunan seayat dua ayat hafalanku.
Yaa, Rahiim
Aku tak sanggup mencintai-Mu semisal Sumayyah, yang mempersembahkan jiwa demi tegaknya DienMu.
seandai para syuhada, yang menjual dirinya dalam jihadnya bagi-Mu.
Maka perkenankanlah aku mencintai-Mu dengan mempersembahkan sedikit bakti dan pengorbanan untuk dakwah-Mu.
Maka izinkanlah aku mencintai-Mu dengan sedikit pengajaran bagi tumbuhnya generasi baru.
Allahu Kariim,
Aku tak sanggup mencintai-Mu di atas segalanya, bagai Ibrahim yang rela tinggalkan putra dan zaujahnya, dan patuh mengorbankan pemuda biji matanya.
Maka izinkanlah aku mencintai-Mu di dalam segalanya.
Izinkan aku mencintai-Mu dengan mencintai keluargaku, dengan mencintai sahabat-sahabatku, dengan mencintai manusia dan alam semesta.
Allaahu Rahmaanurrahiim, Ilaahi Rabbii
Perkenankanlah aku mencintai-Mu semampuku.
Agar cinta itu mengalun dalam jiwa.
Agar cinta ini mengalir di sepanjang nadiku….
______________________________
Yang senantiasa merindukan cinta-Mu
Thursday, January 14, 2010 at 12:49pm
Self
Diorama Kerinduan
"Ku titipkan bahagia pada suatu hari di musim hujan.
Lewat semilir angin.
Lewat basah daun.
Lewat titik-titik gerimis...
Ku titipkan bahagia pada pelangi.
Pada cahaya senja yg bersih setelah hujan.
Pada bola matamu kala berkaca pada mataku.
Ku titipkan bahagia bersama kerinduanku padamu,
ketika hujan mulai turun..."
December 30, 2009 at 4:10pm
Kamis, 04 Februari 2010
Malam dan Kebijaksanaan
"Langit malam pun tak senantiasa dihiasi bintang,
bercengkramalah dengan debu,
carilah kebijaksanaan bersama awan.
hujan menyimpan makna,
hanya embun yang setia bersama pagi,
tersaput terang sejenak berteduh dalam gelap,
kemudian hadir menemani menghantar perjalanan menikmati cahaya..
tak ada yg abadi..."
November 18, 2009 at 12:41pm
Cahaya Sepenggalan...
Tak Bertepi...
Langganan:
Postingan (Atom)