Senin, 17 Agustus 2009
Kaleng yaaa Kaleng...!!!
Petikan kisah seorang teman : "Di suatu malam yang sepi, dikejauhan terlihat sesosok tubuh berambut sepunggung. Tubuhnya tinggi semampai, ketika berjalan laksana pragawati. Sepatu berhak tinggi terpasang manis di telapak kakinya. Dipadu dengan pakaian super minim, tampak sangat menggoda bagi sebagian orang. Ketika aku melintas di depannya terdengar suara,”mas-mas godain kita dong!.” Tidak!! Tenyata yang kukira sesosok perempuan itu adalah seorang banci"
Sobat, mungkin hampir seperti itulah perasaan kita ketika mengalami kejadian yang sama. Ketika kalian mendengar kata banci atau waria, pasti kalian langsung teringat dengan sesosok lelaki yang berpenampilan kemayu yang berdandan layaknya perempuan. Memang seperti itulah ciri khas yang melekat pada diri seorang banci. Sobat, tahu gak sih, kalo di salah satu televisi swasta di Indonesia ada acara yang bernama “Be A Man”? Dengan slogan ”dari kaleng jadi baja” acara ini cukup mudah diingat keberadaanya. Dalam acara ini, sejumlah waria dari berbagai latar belakang dan pekerjaan dikumpulin jadi satu untuk dilatih secara militer dengan tujuan agar mereka dapat kembali menjadi laki-laki normal. Siapa yang paling akhir bertahan, dia lah yang akan menjadi pemenang. Begitulah kira-kira tujuan yang bisa ditangkap dari acara ini.
Mungkin bagi sebagian orang acara ini hanya sebatas hiburan. Tapi jika kita lebih teliti dalam melihat masalah ini, sepertinya ada udang di balik batu dalam acara ini. Masalah apakah itu? Dan juga apa bener jika mereka dilatih dengan cara militer para waria itu akan kembali menjadi seorang laki-laki normal? Gimana sih Islam ngelihat masalah banci? Dan gimana seharusnya kita bersikap terhadap masalah ini. So, stay with us!!
Mengkomersilkan Banci
Kalau kita melihat acara reality show ini sekilas memang menunjukkan bahwa para pria berjiwa wanita ini ditujukan agar dapat lebih kelihatan “cowok”nya. Selain itu, acara ini terlihat memanfaatkan keberadaan banci untuk “dijual” sebagai komoditas bisnis hiburan di tanah air. Sebab di tengah-tengah maraknya acara yang bergenre cinta-cintaan atau paling banter horor-hororan, acara ini terlihat sebagai suatu alternatif tontonan. Acara ini pun mendapat perhatian khusus dari para penikmat acara TV. Bener aja, acara yang pada awal penayangannya sempat mengalami kendala itu sekarang telah memasuki edisi kedua.
Sebelum adanya acara ini pun, banyak acara-acara lain yang menampilkan seorang banci atau paling enggak peran banci di dalam sajian tayangannya. Sampai-sampai kalau gak ada bancinya, acara itu rattingnya bakal kalah bersaing. Karena semakin maraknya banci-bancian di TV, KPI(Komisi Penyiaran Indonesia) sebagai lembaga yang bertugas mengontrol jalannya segala bentuk penyiaran akhirnya sempat melarang adanya figur banci dalam acara TV. Tapi gak terlalu lama berselang, acara-acara yang mengandung unsur banci mulai bermunculan kembali. Meskipun ada teguran dari KPI, tapi toh itu hanya dianggap sebagai angin lalu. Nah semakin jelas beberapa fakta menunjukkan kalau keberadaan banci itu dikomersilkan, iya kan?
Ajang Pelegalisasian Banci
Sobat, disamping dimanfaatkan sebagai komoditas bisnis hiburan, ternyata keberadaan acara ini memiliki maksud lain. Maksud lain itu adalah sebagai alat untuk menyebarkan ide liberalisme. Dengan cara melegalisasikan keberadaan banci di dunia ini. Pelegalisasian banci ini jelas akan mengancam masa depan umat manusia. Duh segitunya! Tapi beneran lho, sekarang coba deh kalian pikir kalau para cowok yang ada di seluruh dunia jadi banci semua, gimana bisa keturunan manusia bakal lahir ke dunia!?
Tujuan acara ini untuk membuat para banci agar kembali jadi laki-laki normal dengan latihan militer pun perlu dipertanyakan lagi, apa bisa? Mungkin ada orang yang berpendapat bahwa jika banci diperlakukan secara keras maka jiwanya pun akan ikutan jadi tegas. Ok deh, mungkin waktu si banci ikutan acara itu dia terlihat mengalami sedikit perubahan sikap. Tapi apakah selepas dari acara itu keadaan si banci bisa berubah 180 derajat jadi laki-laki tulen? Gak ada yang berani jamin. Sebab mereka memilih menjadi waria atau atau laki-laki normal itu merupakan masalah pemikiran dasar mereka. Meskipun fisik mereka ditempa layaknya tentara, tapi yang mempengaruhi persepsi seseorang itu adalah pemikiran yang dimilikinya.
Islam See It
Islam sangat tegas dalam menyikapi masalah banci ini. Dalam Islam, banci adalah sebuah perbuatan yang bertentangan dengan aqidah Islam. Sebab manusia diciptakan hanya dalam dua jenis, yaitu laki-laki atau perempuan secara berpasang-pasangan. Seperti dalam ayat berikut, “Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan istrinya; dan daripada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak…”(QS An-Nisa ayat:1) Selain itu, Rasulullah juga sangat membenci perbuatan menjadi seorang banci, seperti dalam hadist beliau “Rasulullah melaknat (mengutuk) laki-laki yang menyerupai perempuan dan perempuan yang menyerupai laki-laki, beliau bersabda : Usirlah mereka dari rumah-rumah kalian” (HR. Bukhari). Nah loe, siapa yang mau dibenci sama Rasulullah? Pastinya gak bakalan dapat hujjah di akhirat kelak.
Sebagai seorang muslim, kita seharusnya hanya menjadikan Islam sebagai aqidah kita. Jadikan aqidah Islam kita sebagai landasan hidup kita. Kita tidak boleh meniru aqidah lain yang jelas-jelas kufur. Banci merupakan perbuatan yang telah keluar dari aqidah Islam kita. Jadi gak ada deh yang namanya kompromi dengan yang liberalisme yang menjerumuskan kita dalam jurang-jurang penyesatan yang salah satunya melalui perbuatan banci. Sebagai seorang muslim kita harus tetap istiqomah dalam menerapkan Islam dalam kehidupan sehari-hari. Banci kaleng tetap akan menjadi kaleng jika tidak dirubah melalui perubahan aqidah yang benar.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar