Senin, 17 Agustus 2009

Penyadapan Global


Di era globalisasi saat ini, tidak ada satu negarapun yang dapat menyembunyikan dirinya dari penyadapan global. Negara-negara barat kini mengembangkan apa yang disebut sistem monitoring internasional. Tulang punggungnya tentu saja negara adi daya satu-satunya di dunia yakni Amerika Serikat. Sejak akhir tahun 90-an, negara-negara barat merencanakan pembangunan jaringan 320 stasiun monitoring global. Jaringannya terdiri dari sistem pencatat gelombang seismik, hidro-akustik, gelombang suara infra dan jaringan penala radio-nuklida. Mula-mula tujuan pembangunannya untuk memantau penggunaan energi nuklir atau ujicoba bom nuklir. Namun Amerika Serikat juga memanfaatkan jaringan monitoring ini untuk kegiatan mata-mata.

Jika Amerika Serikat atau Inggris melaporkan, negara-negara musuhnya membuat bom atom atau membangun reaktor atom, datanya pasti berdasarkan pemantauan sistem monitoring global ini. Akan tetapi kedua negara sekutu tsb, juga tidak dapat berbohong kepada mitra lainnya di Eropa. Sebab sistem pemantauan energi atom di selatan Jerman misalnya, juga tergolong yang paling canggih dan tidak dapat ditipu. Jerman memiliki lima stasiun monitoring. Yang paling canggih adalah dua stasiun monitoring dengan teknologi pelacak gelombang suara infra, yakni gelombang suara di bawah cakupan pendengaran manusia. Dengan mikroseismogram yang dipasang, ujicoba bom sekecil apapun akan dapat terdeteksi.

Walaupun pada mulanya jaringan monitoring global itu dibangun untuk tujuan militer dan pertahanan, namun di Jerman sistemnya lebih banyak dimanfaatkan untuk penelitian ilmiah. Misalnya saja ketika dilakukan ujicoba bom atom Pakistan pada tahun 1998 lalu, para ilmuwan di Jerman dapat menganalisis datanya. Dari situ dapat diketahui berapa kiloton kekuatan bom atom Pakistan, dan dimana lokasi ujicobanya. Juga ketika kapal selam Rusia, Kursk mengalami kecelakaan dan tenggelam di laut Barents, para ilmuwan di Jerman dapat melacaknya. Dari data mikrobarograph yang tercatat, terlihat bahwa Kursk tenggelam setelah dua ledakan hebat di dalam kapal selam itu sendiri.

Fakta yang dipublikasikan ilmuwan Jerman mengenai Kursk dapat dipercaya akurasinya. Demikian kata Manfred Henger dari jawatan Jerman untuk ilmu kebumian dan sumber daya alam-BGR, yang mengelola sistem monitoring global di Jerman. Disebutkannya, beberapa tahun sebelumnya, para ilmuwan melakukan ujicoba pelacakan percobaan bom di Israel. Pihak militer Israel ketika itu meledakan bom berkekuatan lima kiloton, yang ternyata dapat terlacak dengan akurat di Jerman. Dengan pengalaman itu, para ilmuwan yang bekerja di instalasi pemantauan global dapat melakukan analisis data Kursk. Disebutkan, jika Kursk tenggelam akibat ditabrak kapal selam asing seperti skenario Rusia, datanya tidak akan tercatat oleh sistem pelacakan gelombang infra di Jerman.

Setelah lima tahun stasiun monitoring Jerman dioperasikan, kumpulan data yang diperoleh amat banyak. Henger mengatakan datanya amat berharga untuk penelitian gempa bumi, meteorologi, lalu lintas udara, pengawasan energi atom, fisika lingkungan, astronomi dan bidang-bidang lainnya. Agar data tadi tidak menjadi tumpukan sampah, yang dilupakan begitu saja, BGR melaporkan secara rutin penemuan terbaru dalam situs interentnya. Dalam satu tahun saja, tercatat 82.000 kali data penelitian tsb dimanfaatkan oleh pengguna dari luar Jerman. Dengan menganalisis data mikrobarograph dari stasiun monitoring di Jerman Selatan, para ahli dapat meramalkan terjadinya letusan gunung berapi atau juga bencana alam lainnya.

Akan tetapi tidak semua stasiun monitoring bersedia mempublikasikan data penelitiannya. Amerika Serikat yang belum meratifikasi konvensi pelarangan senjata atom misalnya, termasuk yang amat pelit memberikan data yang dimilikinya. Bahkan dengan alasan keamanan dan kerahasiaan, AS menutup pusat pendukung pengolah data hasil monitoring di Wina, Austria. Cina dan Israel juga termasuk negara yang sangat ketat menjaga kerahasiaan data yang dikumpulkan. Namun Henger mengatakan, data yang dipasok stasiun monitoring Jerman saja, sebetulnya mencukupi untuk melacak berbagai fenomena alam atau keberadaan energi atom di Eropa dan sekitarnya.

Misalnya saja akhir bulan Mei 1998, pemantau paparan radio-nuklida di Jerman mencatat peningkatan aktivitas radioaktif di Spanyol selatan, yang menyebar sampai ke Perancis selatan, Swiss dan Jerman. Pelacakan menunjukan, sebuah tanur peleburan baja di Spanyol selatan, secara tidak sengaja melebur sebuah kanister berisi unsur Cesium 137. Hal itu terjadi akibat kecerobohan dan kurangnya pengawasan. Kanister Cesium 137 itu ternyata lolos pengawasan pejabat yang berwenang dan tercampur dalam tumpukan besi tua, yang akan didaur ulang dengan cara dilebur kembali.

Dengan kepekaan setinggi itu, dan terbukti mampu melacak debu radioaktif dari kanister kecil Cesium 137 yang tidak sengaja dilebur, mustahil ujicoba atom sekecil apapun dapat lolos dari pengamatan. Jika sekarang apa yang dituduh sebagai negara-negara yang jahat berniat mengadakan ujicoba atom, tanda bahaya akan berbunyi dimana-mana. Sebab yang memiliki peralatan monitoring canggih bukan hanya satu atau dua negara. Selain itu, dengan jaringan monitoring global yang merentang dari kutub utara hingga kutub selatan, tidak ada negara yang dapat lolos dari pemantauan. Ibaratnya telinga, mata dan hidung pelacak telah dipasang disemua sudut. Penyadapan global secara tidak terasa menjadi fenomena kehidupan sehari-hari, bukan hanya untuk kepentingan militer dan politik, namun juga untuk ilmu pengetahuan.

Sumber: DW-WORLD.DE

Tidak ada komentar: