Senin, 17 Agustus 2009

TEOLOGI


A. Teologi Kristen
Teologi (Yun: theologia, gabungan dari dua kata theos, Allah dan logos, logika), secara sederhana didefinisikan oleh A. H. Strong, sebagai "ilmu tentang Allah dan hubungan-hubungan antara Allah dan alam semesta." Karena Teologia itu merujuk kepada Allah, maka, Thomas Aquinas, mendefinisikannya secara spesifik, sebagai "pikiran Allah, ajaran Allah dan memimpin kepada Allah. [Sinclair B. Ferguson,ENDT: "Theology" (Downers Grove, Illinois, 1988), 680-681].

Sistem teologi bukan eksklusif milik orang Kristen, tetapi semua agama. Pada umumnya, dunia sekuler, berdasarkan definisi filsafat Aristoteles, menyebut disipilin teologi sebagai Filsafat teologi atau Metafisika. Bagi gereja, Teologia memiliki dua pengertian, yaitu (1). Pengajaran tentang Allah dan (2). Pengetahuan tentang Allah. Sumber utama teologi Kristen adalah Alkitab. Teologia Kristen adalah upaya logis untuk mempelajari tentang Allah dengan sumber utama adalah Alkitab.

Sedangkan tradisi dan tulisan-tulisan bapak-bapak gereja dan teolog-teolog klasik lainnya adalah sebagai pembantu-panduan pengembangan teologi selanjutnya.
Teologi Kristen dibagi ke dalam 4 kelompok:
1. Teologi Eksegetis, Teologia Eksegetis meliputi penelaahan Bahasa-Bahasa, Arkeologi, Pengantar, Hemeneutika, Teologi Alkitabiah.

2. Teologi Historis, Teologi historis merunut sejarah umat Allah dalam Alkitab (PL) dan Gereja sejak Yesus Kristus [PB]. Teologi Historis membahas awal mula, perkembangan, dan penyebaran Agama yang sejati dan juga semua Doktrin, organisasi, dan kebiasaannya. Di dalamnya termasuk juga Sejarah Alkitab, Sejarah Gereja, Sejarah Pekabaran Injil, sejarah Ajaran dan sejarah Pengakuan Iman.

3. Teologi Sistematika, Teologi Sistematika menggunaan bahan-bahan yang disajikan oleh (1). Teologi Eksegesis dan (2). Teologi Historis, lalu menatanya menurut suatu Tatanan yang Logis sesuai dengan tokoh-tokoh besar dalam penelitian teologis. Teologi Sistematika membahas Apologetika, Polemik dan Ajaran Etika Alkitabiah.

4. Teologi Praktis, Teologi Praktis meliputi pokok-pokok seperti Homiletika, Organisasi dan Administrasi Gereja, Ibadat, Pendidikan, dan Penginjilan.

Jadi, integrasinya, Doktrin yang ada di Alkitab ditelaah secara Eksegetis berdasarkan Historisitasnya [doktrin berkembang dalam konteks sejarah secara progresif selama pembentukan PL dan PB], kemudian keduanya Disistematisasikan oleh para ahli untuk tujuan Praktis atau aplikasi hidup. [Henry C. Thiessen, Teologi Sistematik, (Malang: Gandum Mas, 1993), 31-32]

Tentang Doktrin
Doktrin merujuk kepada pengajaran tentang Allah yang bersumber dari Alkitab. Sebuah Doktrin adalah apa yang seluruh kitab suci ajarkan tentang topik-topik tertentu kepada kita hari ini. Doktrin ini terkait langsung dengan definisi Teologi Sistematika. Doktrin dapat bermakna sempit atau luas. Doktrin yang luas, misalnya, Doktrin Allah, termasuk sebuah ringkasan dari apa yang Alkitab katakan kepada kepada kita tentang Allah. [Wayne Grudem,Systematic Theology: An Introduction to a Biblical Doctrine(G. R. Michigan: Zondervan Pub. House, 1994), 25-26]. Pengertian Doktrin secara sederhana adalah ajaran utama Alkitab. Ajaran yang tertulis dalam Alkitab. Ajaran itu tidak pernah salah atau tidak konsisten atau berubah.

Tentang Sistematika Teologi

Sistematika Teologi adalah upaya menyusun Teologia-Teologia yang membentuk Doktrin. Doktrin yang diajarkan oleh Alkitab tersusun atas Teologi-Teologi dari masing-masing penulis Alkitab (PL-PB). Seringkali para ahli membagi Alkitab ke dalam dua Perpektif Teologi, yakni Teologi Perjanjian Lama [teologi menurut penulis-penulis PL. di PL. Contoh: Teologia Ayub. dll.] dan Teologi Perjanjian Baru [Teologi menurut para penulis PB. di PB. Contoh: Teologi Paulus, dll.]. Semua penulis Alkitab menyepakati tentang tema-tema secara obyektif, misalnya, tema Kristus (--Christology).

Penjelasan tema ini menyebar di seluruh Alkitab (PL-PB) sebelum disistematisasikan dalam oleh para teolog sistematika. Tema-tema Alkitab ini kemudian disintesa secara kategorial sehingga membentuk akumulasi tema-tema tertentu oleh Bapa-Bapa Gereja, sehingga tema itu mudah dipahami dan dapat diajarkan secara tuntas.

Ada tiga kriteria untuk menentukan Doktrin: (1). Doktrin itu sangat ditekankan dalam Kitab Suci. (2). Doktrin itu sangat penting dan berpengaruh dalam Ajaran Gereja sepanjang masa. (3). Doktrin itu sangat berpengaruh bagi pengajaran gereja sepanjang masa. Karena kesesuaiannya dengan situasi kontemporer (perubahan), Doktrin-Doktrin itu lebih diterima pada hari ini, ketimbang buku-buku teks Teologi Sistematika. [Wayne Grudem, Systematic Theology: An Introduction to a Biblical Doctrine (GR. Michigan: Zondervan Pub. House, 1994), 25-26].

Usaha mensintesa tema-tema Alkitab ini disebut usaha Sistematisasi Doktrin. Tema-tema Alkitab yang menyebar dan telah diakumulasi itu membentuk beberapa tema mayor, misalnya, secara umum ada 7 Doktrin mayor dalam Alkitab (sebutannya bisa berbeda): (1). Doktrin Alkitab. (2). Doktrin Allah. (3). Doktrin Manusia. (4). Doktrin Kristus dan Roh Kudus. (5). Doktrin Aplikasi Penebusan. (6). Doktrin Gereja. (7). Doktrin Akhir zaman. Istilah "Doktrin" tidak dapat diganti dengan istilah "Teologi" Misalnya: "Doktrin Allah" tidak bisa menjadi "Teologi Allah", dll. Doktrin-Doktrin (Misalnya: Doktrin Allah) ini bisa dipersempit, seperti: Doktrin Kekekalan Allah, atau Doktrin Trinitas, atau Doktrin Penghakiman Allah. Doktrin-Doktrin, dalam pengajaran dan penyelidikannya bisa dikembangkan, tetapi tidak akan berubah atau bertambah, selama Alkitab Kanonik (PL-PB) adalah Sumber Doktrin itu.

Dengan demikian, berdasarkan fungsinya, tugas seorang teolog sistematika adalah menata secara Logis semua Doktrin yang sudah tersedia di Alkitab dengan panduan Tokoh-Tokoh Besar dalam penelitian Teologi lainnya. Misalnya, John Calvin, dengan Institutionya tidak bisa lepas dari karya-karya Bapak-Bapak Gereja, seperti Agustinus, Thomas Aquinas, dll. Hasil akhir dari usaha "Sistematisasi" Doktrin Alkitab itu disebut Teologi Sistematika. (Silahkan bandingkan dengan karya Louis Berkhof, Teologi Sistematika (telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesi oleh LRII, Jakarta).

Dogma
Dogma merujuk kepada apa yang dilihat benar oleh seseorang dan yang mempengaruhi pendiriannya. Dalam gereja, Doktrin adalah Kebenaran Sejati yang dinyatakan oleh Allah di dalam Kristus dan tertulis dalam Alkitab. Doktrin yang telah disepakati akan disebut Dogma. Doktrin menentukan Dogma. Dogma-dogma Kristen ditetapkan dalam Konsili-Konsili. Misalnya, Doktrin Kristus (--Kristologi, sebagai Doktrin yang banyak menghadapi permasalahan) disepakati sebagai Dogma Gereja dalam 4 kali Konsili, tahun 325, 787, 1215 dan 1545-1563 Masehi. [Hendrikus Berkhof, Introduction to the Study of Dogmatics (G. R, Mich.: W. B.Eerdman Pub. Co., 1985), 4-6.]. Tentang Konsili-Konsili, silahkan baca di F.D. Wellem, Kamus Sejarah Gereja: "Konsili" (Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 1994), 127-139.

Jadi, Dogma yang sejati dasarnya adalah Doktrin atau Pengajaran yang bersumber dari Alkitab itu sendiri dan ditetapkan oleh Konsili Gereja sebagai Dogma Gereja yang sah dan benar.

Tentang "Aliran Teologi"
Aliran Teologi adalah adalah suatu Sistem Pemahaman Teologi yang dikembangkan oleh seseorang atau kelompok dalam suatu masa atau generasi tertentu, yang kemudian diwariskan kepada pengikut atau generasi berikutnya. Sistem ini membentuk sebuah sudut pandang tertentu yang unik yang dianggap dan diyakini benar sehingga membentuk Komunitas dengan sejarah pemikiran yang sama dan gerakan yang sama. Orang-orang yang tergabung di dalam Komunitas ini akan disebut sesuai nama-nama Teori atau Teologinya atau pencetusnya.

Contoh:
(a). Gereja-gereja yang mewarisi Teologia Reformator, misalnya, Martin Luther atau John Calvin, maka gereja-gereja ini beraliran Teologia Reformasi atau Injili tetapi tidak disebut "berdoktrin Luther atau Calvin" atau berdoktrin Reformasi. Karena Luther atau Calvin atau Reformator lainnya tidak menciptakan Doktrin tetapi hanya memurnikan Doktrin yang sudah ada. Meskipun, Calvin menemukan cara pandangan lain dalam mengembangkan Doktrin Keselamatan dari Alkitab, tentang "Predestinasi" dan "Inneransi Alkitab", dll.; yang sebelumnya diabaikan oleh para teolog Katolik Roma.

(b). Misalnya, jika ada Pendeta yang mengatakan: "Kami menganut Doktrin Calvin, dapat dipastikan bahwa yang dia maksudkan adalah "Doktrin yang diwariskan oleh Calvin atau para Reformator "bukan Doktrin Menurut Calvin". Calvin sendiri mendasari Teologianya pada Alkitab. Doktrin-Doktrin yang Dia ajarkan pun adalah dari Alkitab. Silahkan Baca terjemahan dan ringkasan buku Yohanes Calvin, Institutio.

(c). Gerakan Kharismatik adalah suatu aliran yang menekankan kharisma dalam pelayanan dan ibadah. Gereja-gereja ini beraliran Kharismatik atau Pentakostal. Sebenarnya. Kharismatik dan Pentakosta disebut "gerakan, movement)", bukan "Aliran Teologi". Karena dalam tradisi, Kharismatik tidak menciptakan atau membuat Aliran Teologia atau "Doktrin Baru", tetapi para penggerak Kharismatik atau Pentakostal itu memberikan penekanan pada hal-hal yang margin - yang tidak utama dalam Doktrin Ortodoks. Misalnya, Doktrin Baptisan. Gerakan Kharismatik atau Pentakostal mengajarkan bahwa baptisan "harus" selam, jika tidak, berarti tidak sah atau salah. Padahal tidak harus seperti itu.

"Pengajaran Doktrin" Bisa Bebeda dan Salah
(1). Jika Doktrin yang diajarkan oleh gereja tersebut tidak sesuai dengan Doktrin-Doktrin Ortodoks, maka gereja itu dianggap Salah atau Sesat. Doktrin Ortodoks secara sederhana dirumuskan dalam Pengakuan Iman Rasuli, Nicea-Konstantinopel, Chalcedon, Athanasius.

(2). Masing-masing aliran gereja bisa berbeda-beda dalam memberikan penekanan pada Doktrin. Misalnya, dalam mengkhotbahkan Doktrin Keselamatan, gereja-gereja yang beraliran Teologi Calvinis - Injili cenderung mengajarkan Keselamatan oleh Anugerah Allah. Sedangkan di gereja lainnya, menekankan keselamatan melalui perbuatan baik, dsb. Doktrin Keselamatan itu sendiri tidak berubah, tetapi cara mengajarkan dan memberikan penekanan pada Doktrin itu yang berbeda.

(3). Aliran Teologi seseorang bisa berubah.
Doktrin itu sifatnya tetap dan benar. Tetapi, seringkali ada Pendeta, Ahli Teologia yang memberikan penekanan yang berlebihan untuk hal-hal tertentu, namun mengabaikan hal-hal yang utama - prinsipil. Cara dan Metode Berteologia seseorang juga sangat berperan dalam mempengaruhi Teologinya. Aliran Teologia seseorang bisa mempengaruhi jemaat yang dipimpinnya. Oleh sebab itu, jangan karena dia sesorang 'Pendeta yang berbakat' atau 'Teolog yang handal' dan 'Populer' maka dia dianggap tidak bisa salah. Jadi, antara Sudut Pandang Teologi Seseorang terhadap suatu Doktrin dengan Aliran Teologi yang dianut oleh sebuah Denominasi atau gereja bisa bebeda dan salah. Ujilah apa yang anda dengar! Ujilah segala sesuatu.

Aliran Teologi Membentuk Komunitas
Macam-macam Aliran Teologi yang membentuk komunitasnya sendiri dalam Organisasi-Organisasi dan Yayasan-Yayasan dalam Kristiani. Antara lain:
1. Angglikan
2. Arminian
3. Baptis
4. Dispensasional
5. Lutheran
6. Reformed/Presbiterian
7. Kahrismatik/Pentakostal
8. Katolik Traditional
9. Katolik Paska Konsili Vatikan II.
10. Kristen Ortodoks
11. Dsb.

Corak suatu Denominasi sangat dipengaruhi oleh Pemikiran dan Teologia yang dianut oleh Perintisnya.

Teologia Seseorang Bisa Salah
Selama Teologia yang dimaksud adalah Teologia seseorang, bukan Teologia Para Penulis Alkitab, maka ada tiga jawaban: (a). Ya. (b). Tidak dan (c). Bisa Ya atau tidak.
(1). Ya. Dalam sejarah gereja banyak sekali para Teolog yang dianggap salah atau Sesat atau Bidat. Misalnya, Marcion, dianggap Bidat karena membuang semua PL; Phillips Melancthon, reformator yang dianggap Humanis-kompromis, sehingga ia tidak termasuk reformator sejati; Paul Yonggi-Cho, Teolog Korea Modern dengan Teologia Samanisme--Perdukunan, dll.

(2). Tidak. Teologi para Penulis Alkitab tidak pernah salah. Hanya Yakobus, dalam surat Yakobus, di PB. yang dianggab "jerami" oleh Martin Luther karena Doktrinnya agak berbeda atau tidak sama dengan Surat-Surat lain.

(3). Ya dan Tidak. Seorang Teolog bisa benar dalam suatu Doktrin namun bisa salah dalam Doktrin yang lain. Contoh: Pandangan Teologia Calvin berbeda dengan pandangan Teologia Armenius dalam menafsirkan Doktrin Dosa dan Doktrin Keselamatan. Dalam Doktrin yang lain, Armenius sama dengan Calvin. Dalam perbedaan ini, apakah Armenius atau Calvin yang salah? Jawab: Akibatnya, membentuk dua kubu bagi di dalam Aliran Teologi; pro-Armenius dan pro-Calvin. Jadi, teologi bisa salah karena tidak konsisten, namun bisa benar secara Alkitabiah. Ini yang disebut "spekulasi dalam menafsirkan Doktrin".

Walaupun Aliran Teologi yang dianut di masing-masing Gereja berbeda, tetapi mereka tetap memiliki Doktrin yang sama, kecuali untuk Gereja Roma Katolik (ada sedikit perbedaan) dan aliran-aliran "lain". Teologia bisa berbeda, tetapi Doktrin tetap sama selama Gereja tersebut bukan gereja sesat. Gereja tidak berhak mengubah doktrin, tetapi pandangan Teologi seseorang atau gereja terhadap doktrin tertentu bisa berbeda.


B. TEOLOGI ISLAM

Dalam kitab at-ta’rifat disebutkan bahwa syiah adalah mereka yang mengikuti dan mengutamakan imam Ali r.a serta mengatakan bahwa beliau adalah imam (khalifah) setelah Rasulullah SAW. Dan mereka berkeyakinan bahwa kepemimpinan tidak keluar dari imam Ali dan dari anak-anaknya (keturunannya) .Jika kita bandingkan pokok-pokok dasar aqidah Islam bagi orang-orang Syiah dengan Ahlu sunnah, maka tampak perbedaannya. Bagi Ahlu sunnah, pokok-pokok dasar aqidah Islam itu adalah at-tauhid, an-nubuwwah, al-maad (hari pembalasan), dan kemudian amal yang dibina di atas tiang agama yaitu syahadat, shalat, puasa, zakat, dan haji. Bagi Syiah selain hal-hal tersebut di atas ditambah lagi dengan satu pokok dasar yaitu I’tikad dengan imamah.

Lahirnya Aliran Syiah

Para penulis sejarah Islam berbeda pendapat dalam mengenai awal mula lahirnya aliran syiah. Sebagian menganggap bahwa syiah lahi langsung setelah wafatnya Nabi, yaitu pada saat perebutan kekuasaan antara golongan muhajirin dan anshar di balai pertemuan Saqifah Bani Saidah. Pada saat itu muncul suara dari Bani Hasyim dan sejumlah kecil muhajirin yang menuntut kekhalifahn bagi Ali bin Abi Thalib. Sebagian yang lain mengatakan bahwa syiah lahir pada masa khr kekhalifahan Usman bin Afan (memerinh dari tahun 664-656 H) atau pada masa awal kepemimpinan Ali bin Abi Thalib. Pada masa itu terjadi pemberontakan terhadap kekhalifahan Usman bin Affan yang berakhir dengan kematian Usman dan ada tuntutan umat agar Ali bersedia di baiat untk menjadi khalifah.

Pendapat yang paling populer adalah bahwa syiah lahir setelah gagalnya perundingan antara pihak pasukan khalifah Ali dengan pihak pemberontak Muawiyah bin Abi Sufyan di Siffin, yang lazim disebut sebagai peristiwa at-tahkim atau arbitrasi. Akibat kegagalan itu, sejumlah pasukan Ali memberontak terhadap kepemimpinannya dan keluar dari pasukan Ali. Mereka ini disebut golongan Khawarij (golongan yang keluar) dan sebagian besar orang yang tetap setia kepada khalifah disebut syiatu Ali (pengikut Ali).

Pendirian kalangan Syiah bahwa Ali bin Abi Thalib adalah imam atau khalifah yang seharusnya berkuasa setelah wafatnya Nabi Muhammad telah tumbuh sejak Nabi Muhammad masih hidup, dalam arti bahwa Nabi Muhammad sendirilah yang menetapkannya. Dengan demikian menurut Syiah, inti dari ajaran Syiah itu sendiri telah ada sejak zaman Nabi Muhammad SAW. Namun demikian, terlepas dari semua pendapat tersebut, yang jelas adalah bahwa Syiah baru muncul ke permukaan setelah dalam kemelut antara pasukan Ali dan Muawiyah terjai pula kemelut sesama pasukan Ali. Di antara pasukan Ali pun terjadi pula prtentangan antara yang tetap setia kepada Ali dan yang membangkang .

Sekte-sekte dalam Syiah
Selain membedakan Syiah dengan aliran Islam lainnya, persoalan imamah juga menimbulkan sekte-sekte dalam syiah itu sendiri. Semua sekte Syiah sepakat bahwa imam yang pertama adalah Ali bin Abi Thalib, kemudian Hasan bin Ali, lalu Husein bin Ali. Namun setelah itu muncul perselisihan mengenai siapa penggani imam Husein. Dalam hal ini muncul dua kelompok dalam Syiah. Kelompok pertama meyakini imamah beralih kepada Ali bin Husein Zainal Abidin, putra Husein bin Ali, sedangkan kelompok yang kedua meyakini bahwa imamah beralih kepada Muhammad bin Hanafiah, putra Ali bin Abi Thalib dari istri bukan Fatimah.

Akibat dari perbedaan tersebut muncullah berbagai sekte dalam Syiah. Sebagian di antara sekte-sekte ini sebetulnya tidak dapat disebut sebagai sekte atau aliran karena hanya merupakan pandangan seseorang atau sekelompok kecil saja. Para penulis klasik berselisih tajam mengenai jumlah sekte dalam Syiah. Akan tetapi, para ahli umumnya membagi sekte Syiah dalam empat golongan (sekte) besar , yaitu Kaisaniyah, Zaidiah, Imamiyah, dan kaum ghulat.

a. Golongan (sekte) Kaisaniyah

Kaisaniyah adalah sekte syiah yang mempercayai kepemimpinan Muhammad bin Hanafiyah setelah wafatnya Husein bin Ali. Nama Kaisaniyah diambil dari nama seorang bekas budak Ali bin Abi Thalib, Kaisan, atau dari nama Mukhtar bin Abi Ubaid yang juga dipanggil dengan nama Kaisan. Sekte Kaisaniyah terpecah menjadi dua kelompok. Pertama, yang mempercayai bahwa Muhammad bin Hanafiyah sebenarnya tidak mati, tetapi hanya gaib dan akan kembali lagi ke dunia nyata pada akhir zaman. Mereka menganggap, Muhammad bin Hanafiyah adalah imam Mahdi yang dijanjikan itu. Yang termasuk golongan Kaisaniyah diantaranya sekte al-Karabiyah, pengikut Abi Karb ad-Darir.

Kedua adalah kelompok yang percaya bahwa Muhammad bin Hanafiyah telah mati, tetapi jabatan imamah beralih kepada Abi Hasyim bin Muhammad bin Hanafiyah. Yang termasuk kelompok ini adalah sekte Hasyimiyah, pengikut Abi Hasyim. Sekte ini terpecah-pecah setelah meninggalnya Abi Hasyim. Menurut Ibnu Khaldun, diantara sekte Hasyimiyah yang terpecah menjadi beberapa kelompok tersebut adalah para penguasa pertama Dinasti Abbasiyah, yaitu Abu Abbas as-saffah dan Abu ja’far al-Mansur. Ibnu khaldun selanjutnya menyatakan bahwa setelah meninggalnya Abi Hasyim, jabatan imamah berpindah kepada Muhammad bin Ali bin Abdullah bin Abbas, kemudian secara berturut-turut kepada Ibrahim al-imam, as-Saffah, dan al-Mansur.

Sekte kaisaniyah ini telah lama musnah. Namun kebesaran dan kehebatan nama Muhammad bin Hanafiyah ini masih dapat dijumpai dalam cerita-cerita rakyat Aceh dan hikayat Melayu yang terkenal, Hikayat Muhammad Hanafiyah. Hikayat ini telah dikenal di Malaka sejak abad ke-15.

b. Golongan(sekte) Zaidiah

Dinamakan Zaidiah di nisbatkan kepada nama Zaid bin Zainul Abidin bin Al-Hassain bin Ali . Zaidiah adalah sekte dalam Syiah yang mempercayai kepemimpinan Zaid bin Ali bin Husein Zainal Abidin setelah kepemimpinan Husein bin Ali. Mereka tidak mengakui kepemimpinan Ali bin Husein Zainal Abidin seperti yang diakui sekte Imamiyah, karena menurut mereka Ali bin Husein Zainal Abidin dianggap tidak memenuhi syarat sebagai pemimpin .

Dalam Zaidiah, seseorang baru diangkat sebagai imam apabila memenuhi lima kriteria, yakni keturunan Fatimah binti Muhammad SAW, berpengetahuan luas tentang agama, zahid (hidup hanya dengan beribadah), berjihad di jalan Allah SWT dengan mengangkat senjata, dan berani. Disebutkan bahwa sekte Zaidiah mengakui keabsahan khilafah atau imamah Abu Bakar as-Siddiq (khalifah pertama), dan Umar bin Khattab (khalifah kedua).
Dalam teologi mereka disebutkan bahwa mereka tidak menolak prinsip imamah al-mafdhul ma'a wujud al-afdhal, yaitu bahwa seseorang yang lebih rendah tingkat kemampuannya dibanding orang lain yang sezaman dengannya dapat menjadi imam atau pemimpin, sekalipun orang yang lebih tinggi dari dia itu masih ada. Dalam hal ini, Ali bin Abi Talib dinilai lebih tinggi daripada Abu Bakar dan Umar bin Khattab. Oleh karena itu, sekte Zaidiah ini dianggap sekte Syiah yang paling dekat dengan sunah.

Dalam persoalan imamah, sekte Zaidiah ini berbeda pendapat dengan sekte Itsna 'Asyariyah atau Syiah Dua Belas yang mengaggap bahwa jabatan imamah harus dengan nas. Menurut Zaidiah, imamah tidak harus dengan nas tetapi boleh dengan ikhtiar atau pemilihan. Dari segi teologi, penganut paham Zaidiah ini beraliran teologi Muktazilah. Oleh karena itu, tidak heran kalau sebagian tokoh-tokoh Muktazilah, terutama Muktazilah Baghdad, berasal dari kelompok Zaidiah. Di antaranya adalah Qadi Abdul Jabbar, tokoh Muktazilah terkenal yang menulis kitab Syarh al-Ushul al-Khamsah. Hal ini bisa terjadi karena adanya hubungan yang dekat dengan pendiri Muktazilah, Wasil bin Ata, dan Imam Zaid bin Ali. Akibatnya muncul kesan bahwa ajaran-ajaran Muktazilah berasal dari Ahlulbait atau bahkan sebaliknya, justru Zaid bin Ali yang terpengaruh oleh Wasil bin Ata sehingga ia mempunyai pandangan-pandangan yang dekat dengan sunah.

Sekte-sekte yang berasal dari golongan Zaidiah yang muncul kemudian adalah Jarudiyah, Sulaimaniyah, dan Batriyah atau as-Salihiyah. Sekte Jarudiyah adalah pengikut Abi Jarud Ziyad bin Abu Ziyad. Sekte ini menganggap bahwa Nabi Muhammad SAW telah menentukan Ali sebagai pengganti atau imam setelahnya. Akan tetapi penentuannya tidak dalam bentuk yang tegas, melainkan dengan isyarat (menyinggung secara tidak langsung) atau dengan al-wasf (menyebut-nyebut keunggulan Ali dibandingkan yang lainnya).

Sekte Sulaimaniyah adalah pengikut Sulaiman bin Jarir. Sekte ini beranggapan bahwa masalah imamah adalah urusan kaum muslimin, yaitu dengan sistem musyawarah sekalipun hanya oleh dua tokoh muslim. Bagi mereka, seorang imam tidak harus merupakan yang terbaik di antara kaum muslimin. Oleh karena itu, sekalipun yang layak jadi khalifah sesudah Nabi Muhammad SAW adalah Ali bin Abu Talib, akan tetapi kepemimpinan Abu Bakar dan Umar bin Khattab adalah sah. Hanya dalam hal ini umat telah melakukan kesalahan karena tidak memilih Ali. Namun, mereka tidak mengakui kepemimpinan Usman bin Affan karena menurut mereka Usman telah menyimpang dari ajaran Islam. Sekte Sulaimaniyah ini juga disebut al-Jaririyah.

Sekte Batriyah atau as-Salihiyah adalah pengikut Kasir an-Nu'man al-Akhtar atau pengikut Hasan bin Salehoa al-Hayy. Pandangan mereka mengenai imamah sama dengan pandangan sekte Sulaimaniyah. Hanya saja dalam masalah Usman bin Affan, sekte Batriyah tidak memberikan sikapnya. Mereka berdiam diri atau tawaqquf. Menurut al-Bagdadi (ahli usul fikih), sekte ini adalah sekte Syiah yang paling dekat dengan Ahlusunah. Oleh karena itu, Imam Muslim meriwayatkan beberapa hadis dalam kitabnya Sahih Muslim dari Hasan bin Saleh al-Hayy.

c. Golongan (sekte) Imamiyah

Golongan ini juga dinamai dengan “itsna asyriyah” karena mengakui imam yang keduabelas. Dinamakan dengan imamiyah karena mereka sangat mementingkan soal imamah. Dan karena mereka berpendapat bahwa Imam adalah orang yang sangat terpelihara dari salah. Syiah imamiyah adalah sebuah kelompok umat Islam yang berkeyakinan, bahwa Ali lah yang berhak mewarisi khalifah, dan bukan Abu Bakar, Umar, dan Usman r.a. mereka meyakini adanya 12 imam. Imam yang terakhir kata mereka menghilang, masuk dalam goa di Samara.

Adapun dua belas imam yang mereka yakini itu adalah sebagai berikut :
1. Ali bin Abi thalib ra. Digelari dengan “Al-Murtdha”, khalifah keempat khulafaurrasyidin, menantu Rasulullah SAW, terbunuh oleh Abdurrahman bin Muljim di mesjid Kufah pada tanggal 17 Ramadhan tahun 49 H.
2. Hasan bin Ali ra. Digelari “Al-Mujtaba.”
3. Husein bin Ali ra, digelari “As-Syahid” (yang mati syahid)
4. Ali zainal Abidin bin Husein, digelari Assajjad.
5. Muhammad Baqir bin Ali Zainal Abidin digelari “Baqir”
6. Ja’far Shadiq bin Muhammad Baqir digelari “Ash-Shadiq”
7. Musa Kadzim bin ja’far shadiq digelari “Kadzim”(yang mampu menahan diri)
8. Ali Ridha bin Musa Kadzim digelari “Ridha”
9. Muhammad Jawwad bin Ali Ridha digelari “Taqi”(yang bertaqwa)
10. ,Ali Hadi bin Muhammad Jawwad digelari “Naqiy”
11. Hasan Askari bin Ali Hadi digelari “Zaki”(yang suci)
12. Muhammad Mahdi bin Muhammad Al Askari yang digelari “Imam Muntadhar”

d.Golongan (sekte) ghulat

Syiah ghaliyah atau ashabul ghulat, adalah golongan Syiah yang ajaran-ajarannya telah melampaui batas. Mereka ada yang berpendapat bahwa imam-imam mereka mempunyai unsur-unsur ketuhanan. Ada pula yang menyerupakan tuhan dengan makhluknya.

Kepercayaan tersebut adalah pengaruh dari kepercyaan-kepercayaan inkarnasi, reinkarnasi, ajaran-ajaran Yahudi dan Kristen . Agama Yahudi menyerupakan tuhan dengan makhlukNya, sedangkan agama Kristen menyerupakan makhluk dengan Tuhannya.
Diantara liran-aliran Al-Ghaliyah yang keterlaluan ialah As-saba’iyah, Al-abaiyah, dan Al-khattabiyah. Aliran As-saba’iyah adalah pengikut Abdullah bin Saba’ orang Yahudi dari Yaman, yag berpura-pura masuk Islam. Aliran Sabaiyah inilah yang pertaa kali meyatakan ajaran tentang gaibnya imam, raj’ah, menitis (hulul) nya sifat ketuhana kepada imam, dan berpindahnya sifat ketuhanan dari seorang imam kepada imam berikutnya.

Aliran albaiyah, atau pegikut al ‘alba’ bin Dzira’ Ad dausi mempunyai ajaran yang menyesatkan, ajaran ini mengutamakan Ali atas nabi Muhammad, Dia menyebut diriya tuhan, Al’aba’ mencela nabi Muhammad SAW. Dia menganggap bahwa nabi diutus untuk mendakwahkan kenabian Ali, tetapi kemudian mendakwahkan dirinya sendiri.

Aliran Al-khattabiyah, pengikut ABil Khattab Muhammad bin Abi Zainab Bani Asad. Setelah dia meninggal, dia diganti Mu’ammar, mempunyai ajaran-ajaran yang berlebih-lebihan. Mereka beranggapan bahwa dunia itu tidak akan rusak. Sesungguhnya surga ialah keadaan yang manusia mendapatkan kebaikan, kenikmatan dan kesehatan. Dan sesungguhnya neraka ialah keadaan yang manusia mendapatkan keburukan, kesulitan dan bencana. Mereka menghalalkan khamar, zina, dan semua hal yang diharamkan. Dan mereka selalu meninggalkan shalat dan fardhu-fardhu lainnya.

D.Doktrin-doktrin dalam aliran Syiah

Paham Syiah memiliki sejumlah doktrin penting yang terutama berkaitan dengan masalah imamah yaitu :
a.Ahlulbait (Ahl al-Bait)
Secara harfiah ahlulbait berarti keluarga atau kerabat dekat. Dalam sejarah Islam, istilah itu secara khusus dimaksudkan kepada keluarga atau kerabat Nabi Muhammad SAW. Ada tiga bentuk pengertian ahlulbait. Pertama, mencakup istri-istri Nabi Muhammad SAW dan seluruh Bani Hasyim. Kedua, hanya Bani Hasyim. Ketiga, terbatas pada Nabi Muhammad SAW sendiri, Ali, Fatimah, Hasan, Husein, dan imam-imam dari keturunan Ali bin Abi Talib. Dalam Syiah bentuk terakhirlah yang lebih populer.

b.Al-Bada'

keyakinan bahwa Allah SWT mampu mengubah suatu peraturan atau keputusan yang telah ditetapkan-Nya dengan peraturan atau keputusan baru. Menurut Syiah, perubahan keputusan Allah SWT itu bukan karena Allah SWT baru mengetahui sesuatu maslahat, yang sebelumnya tidak diketahui-Nya (seperti yang sering dianggap oleh berbagai pihak). Dalam Syiah keyakinan semacam ini termasuk kufur.

c.'Asyura
'Asyura berasal dari kata 'asyarah, yang berarti sepuluh. Maksudnya adalah hari kesepuluh dalam bulan Muharam yang diperingati kaum Syiah sebagai hari berkabung umum untuk memperingati wafatnya Imam Husein bin Ali dan keluarganya di tangan pasukan Yazid bin Mu'awiyah bin Abu Sufyan pada tahun 61 H di Karbala, Irak.

d.Imamah
keyakinan bahwa setelah Nabi Muhammad SAW wafat harus ada pemimpin-pemimpin Islam yang melanjutkan misi atau risalah Nabi Muhammad SAW. Dalam Syiah kepemimpinan itu mencakup persoalan-persoalan keagamaan dan kemasyarakatan. Imam bagi mereka adalah pemimpin agama dan sekaligus sebagai pemimpin masyarakat.

e.'Ishmah
kepercayaan bahwa para imam itu, termasuk Nabi Muhammad SAW, telah dijamin oleh Allah SWT dari segala bentuk perbuatan salah atau lupa. Nabi SAW atau imam yang diyakini terlepas dari kesalahan itu disebut maksum. Dalam Syiah, seorang nabi atau imam haruslah bersifat maksum.

f.Mahdawiyyah

keyakinan akan datangnya seorang juru selamat pada akhir zaman yang akan menyelamatkan kehidupan manusia di muka bumi ini. Juru selamat itu disebut Imam Mahdi. Dalam Islam, keyakinan akan datangnya Imam Mahdi ini cukup berakar kuat di kalangan kaum muslimin; tidak hanya di kalangan penganut paham Syiah, tetapi juga di kalangan mayoritas ahlusunah waljamaah. Hal itu disebabkan oleh cukup banyaknya riwayat mengenai akan datangnya sang juru selamat ini. Namun, antara keyakinan Syiah dan keyakinan ahlusunah waljamaah terdapat perbedaan yang cukup mencolok.

g.Marja'iyyah atau Wilayah al-Faqih

Kata marja'iyyah berasal dari kata marja' yang artinya tempat kembalinya sesuatu. Sedangkan kata wilayah al-faqih terdiri dari dua kata: wilayah berarti kekuasaan atau kepemimpinan dan faqih berarti ahli fikih atau ahli hukum Islam. Wilayah al-faqih mempunyai arti kekuasaan atau kepemimpinan para fukaha. Menurut Syiah Dua Belas, selama masa kegaiban Imam Mahdi, kepemimpinan umat terletak di pundak para fukaha, baik dalam persoalan keagamaan maupun dalam urusan kemasyarakatan.

h.Raj'ah

keyakinan akan dihidupkannya kembali sejumlah hamba Allah SWT yang paling saleh dan sejumlah hamba Allah SWT yang paling durhaka untuk membuktikan kebesaran dan kekuasaan Allah SWT di muka bumi, bersamaan dengan munculnya Imam Mahdi. Raj'ah dalam keyakinan Syiah bukan merupakan keyakinan pokok. Ia diyakini karena beberapa riwayat dari imam-imam mereka menyatakan akan adanya raj'ah tersebut.

i.Taqiyah

Dari segi bahasa, taqiyah berasal dari kata taqiya atau ittaqa yang artinya takut. Taqiyah adalah sikap berhati-hati demi menjaga keselamatan jiwa karena khawatir akan bahaya yang dapat menimpa dirinya. Dalam kehati-hatian ini terkandung sikap penyembunyian identitas dan ketidakterusterangan. Dalam sejarah Syiah, sikap taqiyah ini sering dijumpai sehingga menjadi semacam syiar dalam ajaran mereka. Hal ini disebabkan menurut sejarah, mereka selalu dimusuhi dan diburu oleh penguasa-penguasa yang tidak suka kepada mereka, sehingga untuk menyelamatkan diri mereka terpaksa melakukan taqiyah.

j.Tawassul
Tawassul adalah memohon sesuatu kepada Allah SWT dengan menyebut pribadi atau kedudukan seorang nabi, imam, atau bahkan seorang wali supaya doanya tersebut cepat dikabulkan Allah SWT. Dalam Syiah, tawassul merupakan salah satu tradisi keagamaan yang sulit dipisahkan. Dapat dikatakan bahwa hampir pada setiap doa mereka selalu terselip unsur tawassul, tetapi biasanya tawassul dalam Syiah terbatas pada pribadi Nabi Muhammad SAW atau imam-imam dari ahlulbait.

k.Tawallii dan Tabarrii
Kata tawallii berasal dari kata tawallaa fulaanan yang artinya mengangkat seseorang sebagai pemimpinnya. Adapun tabarrii berasal dari kata tabarra'a 'an fulanan yang artinya melepaskan diri atau menjauhkan diri dari seseorang. Tawallii dan tabarrii merupakan salah satu doktrin Syiah yang amat penting. Tawallii dimaksudkan sebagai sikap keberpihakan kepada ahlulbait, mencintai mereka, patuh pada perintah-perintah mereka, dan menjauhi segala larangan mereka. Adapun tabarrii dimaksudkan sebagai sikap menjauhkan diri atau melepaskan diri dari musuh-musuh ahlulbait, menganggap mereka sebagai musuh-musuh Allah SWT, membenci mereka, dan menolak segala yang datang dari mereka.

Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa Aliran Syiah adalah suatu aliran yang mengikuti dan mengutamakan imam Ali r.a serta mengatakan bahwa beliau adalah imam (khalifah) setelah Rasulullah SAW. Dan mereka berkeyakinan bahwa kepemimpinan tidak keluar dari imam Ali dan dari anak-anaknya (keturunannya). Adapun munculnya Syiah ini para sejarawan masih berselisih pendapat, akan tetapi pendapat paling popular adalah bahwa syiah lahir setelah gagalnya perundingan antara pihak pasukan khalifah Ali dengan pihak pemberontak Muawiyah bin Abi Sufyan di Siffin, yang lazim disebut sebagai peristiwa at-tahkim atau arbitras. Dan di dalam Syiah terdapat empat sekte besar yaitu, Kaisaniyah, Zaidiah, Imamiyah dan Ghulat, dan dari masing-masing sekte tersebut terpecah lagi menjadi beberapa golongan kecil. Dan dalam aliran Syiah ini terdapat beberapa doktrin yang menjadi pijakan mereka atau sebagai suatu keyakinan.

Referensi :
Abdun, Abdullah, 1999. perbedaan prinsip antara aqidah dan ajrn ahli sunnah wal jamaah dan syiah imamiyah, Jawa Timur: Majlis Dakwah Ahlu Sunnah.
A. Nasir, Sahilun, 1996. pengantar ilmu kalam, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
Ensiklopedi Islam, 2003. jilid 5, Jakarta: PT ichtiar baru van hoeve.
Hasbi Ashshidiqy, Muhammad, 1967. pengantar ilmu fiqh, Jakarta: Bulan bintang.
Jan S. Aritonang, Berbagai Aliran di Dalam dan Di Sekitar Gereja (Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 2001)].
Laili Mansur, M, 1994. pemikiran kalam dalam Islam, Jakarta: PT Pustaka firdaus.
Najiyullah, A, 2006. gerakan keagamaan dan pemikiran (akar ideologis dan penyebarannya), Jakarta Timur: Al-I’tishom cahaya umat.
Taib Thahir ABD., Muiin, M, 1964. ilmu kalam, Jakarta : WIDJAYA.
www.artikel.sabda.org/mengapa_ajaran_teologi_seseorang_dapat_berubah?

Tidak ada komentar: