Senin, 17 Agustus 2009

Keistimewaan Benang pada Jaring Laba-laba


Kalangan industri hiburan AS boleh merasa puas atas kesuksesan film Spider Man yang sempat menjadi salah satu film teratas yang laris hingga membukukan pemasukan sebesar AS $ 115 juta selama minggu-minggu pertama awal pertunjukkan perdana di AS pertengahan Juni y.l. disusul kemudian dengan sukses besar dalam pemutarannya di bioskop-bioskop di seluruh dunia.

Kisah pemuda yang tersengat laba-laba super hasil rekayasa genetika milik Universitas Stanford hingga membuatnya menjadi amat lincah dan bisa melontarkan serat mirip jaring laba-laba dari telapak tangannya. Dengan keistimewaan seperti itu disertai kehebatan dalam memanjat dinding menyerupai kemampuan seekor laba-laba, maka pemuda itu lantas bertindak sebagai jagoan Spider Man atau "Spidey" pembasmi kejahatan.
Dalam dunia nyata kekuatan serat benang laba-laba hingga menjadi senjata alamiah yang diandalkan seekor laba-laba guna menjerat mangsanya ternyata memang menjadi fenomena yang menarik bagi kalangan yang serius yakni para peneliti. Seperti yang diungkapkan dalam proceeding the National Academy of Sciences AS yang dipublikasikan Juni, pihak Angkatan Darat AS yang bekerja sama dengan peneliti dari Universitas California Santa Barbara ternyata tengah meneliti kekuatan serat benang laba-laba ( spider dragline silk ) karena tertarik untuk menggunakan material jerat laba-laba sebagai bahan untuk rompi tahan peluru, baju tempur dan tali temali perlengkapan tempur, dan berbagai kemungkinan lainnya. Dan memang sekitar satu dekade terakhir ini berbarengan dengan meningkatnya ketertarikan banyak ilmuwan ahli material sciences untuk mendalami riset bidang biomaterial dan biometrik, maka terdapat pertumbuhan yang mencolok dalam studi ilmiah mengenai serat laba-laba berhubung kekaguman ilmuwan atas sifat-sifat mekaniknya yang istimewa.

Para peneliti memfokuskan penelitiannya terhadap zat protein yang terkandung dalam serat yang dikeluarkan laba-laba untuk menjerat mangsa yang terperangkap di sarang laba-laba. Molekul protein dalam benang serat laba-laba ternyata sangat kuat dan elastis terhadap tarikan. Benang jerat tahan ditarik hingga sepanjang 30 sampai 50 kali persen dibanding terhadap panjangnya sebelum menjadi putus. Berdasar proporsi perbandingan itu memperlihatkan bahwa benang serat laba-laba lebih kuat dibanding serat baja. Kekuatannya boleh dikata sebanding dengan Kevlar. Kevlar adalah material fiber komposit mutakhir yang proses pembuatannya amat canggih serta amat mahal sehingga menjadikannya bahkan melebihi ketahanan tarik serat baja .

Helen Hansma, peneliti utama riset dan ajun profesor bidang fisika UC Santa Barbara, mengungkapkan bahwa ternyata benang serat yang dikeluarkan laba-laba merupakan suatu material campuran (composite material ). Ujudnya berupa material gabungan semacam bahan kristal dan sebagian lainnya yang bersifat elastis. Setiap molekul tunggal memiliki kedua bahan gabungan tersebut. Temuan bahwa benang serat laba-laba merupakan bahan komposit ternyata merupakan hal yang baru dibanding dengan protein lainnya yang berkekuatan daya-tahan terhadap gaya tarik yang sebelumnya telah lebih dahulu banyak diteliti .

Penelitian oleh Universitas California, Santa Barbara memfokuskan diri dalam riset dasar untuk mempelajari bagaimana proses protein mengatur konfigurasi struktur hingga menjadi ujud benang serat laba-laba. Dengan menggunakan mikroskop atom dan perangkat pengangkat molekul para peneliti berhasil mendapatkan petunjuk yang berharga dari pencitraan gambar ( imaging ) dan pengangkatan molekul protein yang terjadi. Pengamatan ini membantu peneliti guna membuat model mengenai proses seperti apa yang sebenarnya terjadi tatkala materi protein tersebut tengah mengurai bentuk hingga menjadi seutas serat yang kuat sekaligus amat lentur.
Para peneliti mendapatkan gambaran bahwa proses penguraian molekul protein dari lipatan-lipatannya berjalan secara modular. Dalam kejadiannya terdapat ikatan mekanik (bonds) yang terlepas jika sedang menerima beban, untuk kemudian kembali keujud semula sewaktu beban menghilang. Prosesnya mengikuti suatu pola tertentu seperti pola yang banyak terdapat pula pada protein lainnya yang memiliki sifat berkekuatan daya-tahan terhadap gaya tarik.
( 27/06/02 SI-IPTEKnet merangkum journal National Academy of Sciences ).

Tidak ada komentar: